Potensi Perkebunan
Desa #####
Potensi Perkebunan
Warga Desa #####, Kecamatan ##### sebagian kecil memiliki lahan kosong yang dimanfaatkan guna bercocok tanam. Hasil bumi garapan warga ada berbagai macam jenis mulai dari pertanian hingga perkebunan.
Namun, yang saat ini sedang coba dikembangkan dan mencuri perhatian Pemerintah Desa #####, ialah budidaya talas beneng yang diinisiasi oleh salah satu pemuda bernama Arif, yang tinggal di Perumahan Pesona #####.
Arif yang bekerja di Dinas Pertanian Kabupaten #####, menjadi pelopor budidaya talas beneng. Talas beneng awalnya ia tanam di pekarangan rumah.
Arif mendorong warga agar budidaya talas beneng, nanti daunnya bisa dijadikan tembakau, dijual dan menghasilkan uang. Aktivitas budidaya talas beneng ini sekarang mulai digeluti warga lainnya.
Kendati belum banyak, hanya baru beberapa warga, namun budidaya yang mudah dan tak perlu mengeluarkan biaya yang mahal ini, mulai dilirik oleh warga lainnya.
Salah satunya juga oleh staf desa ##### yang mencoba budidaya talas beneng. Hasil panen talas beneng, dijual ke Arif dengan harga per kilo daun talas beneng Rp1000, untuk dijadikan tembakau.
Setelah usia tanaman talas beneng empat bulan, barulah bisa panen daun setiap bulan. Jika usia tanaman sudah dua tahun, bisa memanem umbi. Setelah umbi dipanen, lalu mahkota dipotong baru bisa ditanam lagi. Berat umbi sekali panen bisa mencapai 10 kilogram per batang talas beneng.
Arif menjelaskan, untuk lahan satu hektar talas beneng, per bulannya bisa mencapai 3 ton daun talas. Maka, dengan harga satu kilo Rp1000, satu bulan petani bisa mendapat Rp3 juta.
Selain talas beneng, ada juga lahan pertanian. Meski saat ini lahan pertanian yang tersisa tinggan 20 persen lantaran terjual oleh perumahan dan pembangunan Bendungan #####, namun kegiatan bercocok tanam masih dilakoni warga sejak lama.
Kegiatan memproduksi hasil bumi warga Desa ##### antara lain petani padi, kebun kencur, laos, dan pisang. Semuanya digarap baik oleh warga yang sudah lansia, ada pula pemuda.
Pertanian padi misalnya, warga yang sudah lansia menggarap lahan yang tersisa ini untuk persediaan konsumsi beras sehari-hari. Jika ada sisa, maka menjualnya ke pasar. Dalam setahun, petani bisa dua sampai tiga kali panen.
Selain padi, ada pula warga yang menggarap lahan dengan menanam jahe, laos, dan kencur. Biasanya panen enam bulan sekali, warga menjualnya ke pasar ##### dan #####.